Selasa, 01 Mei 2012

Takhlukkan penyakitnya dengan semangat

Hujan rintik-rintik turut menyirami sebuah rumah asri di kawasan Cinere akhir Desember lalu. Ketika Farmacia berkunjung, , si empunya rumah, Ferrasta Soebardi, menyambut dengan ramah. Di atas kursi rodanya.
"Saya menderita multiple sclerosis," kata pria 51 tahun yang terkenal dengan gayanya saat membawakan kuis jari-jari. Pepeng, sapaan akrabnya, sejak enam bulan lalu, tidak mampu lagi beraktivitas seperti sediakala . Gerakan kakinya mesti ditopang oleh kursi roda. Meski begitu, sambil berbincang nampak Pepeng leluasa menggerakkan tangan , badan, ataupun kepalanya. Penyakit ini, menyerang ruas saraf belakangnya, yang menyebabkan kelumpuhan pada kaki.
Berawal pada bulan Juli 2005 lalu, kakinya mendadak tidak bisa digerakkan yang menyebabkan ia terjatuh. Segera ia dibawa ke rumah sakit. Sempat diduga ia menderita diabetes atau ada tulang saraf yang terjepit. Namun setelah diperiksa, hal itu tidak terbukti. Akhirnya, Pepeng dibawa ke ahli saraf RSCM. Prof. Dr. dr. Yusuf Misbach, SpS. Ia menjalani serangkaian pemeriksaan dengan menggunakan MRI dan pengambilan cairan sumsum tulang belakang. 9 November, vonis itu datang. Pepeng positif terkena multiple sclerosis.
Penyakit yang belum diketahui penyebabnya ini, datang dan pergi mengusik penderitanya. Faktor emosi sangat berperan pada timbulnya penyakit ini. Itu yang dirasakan Pepeng. Hal sekecil apapun yang mengganggu pikirannya, akan membuatnya 'kambuh'. Jangankan kata-kata yang bisa menyinggung perasaan, "Saya menonton televisi, acaranya tidak saya suka, maka penyakit ini timbul." Jika timbul, maka Pepeng merasa tegang hingga ke ruas lehernya. "Saya tidak punya power. Tidak bisa bergerak," katanya. Masa kambuhnya bisa datang dua hari sekali bahkan sehari dua kali.
Pengobatan menjadi masalah tersendiri. Interferon beta, obat untuk penyakit ini hanya sanggup memperpanjang masa remisi penderita. Harganya pun mahal sekali, mencapai Rp 10.400.000 untuk setiap 15 hari. Pepeng yang sempat mencobanya, mengaku "berat". Kini, dengan dipandu seorang dokter di Bumi Serpong Damai, Pepeng menjalani terapi makanan. Makanan yang mengandung tepung, misalnya nasi dan kegemarannya menikmati sop kambing, ia hindari. Konsumsi sehari-hari didominasi sayur mayur seperti brokoli dan tomat. Tidak ketinggalan, vitamin C dosis tinggi, Omega 3, coenzyme 100 mg, dan vitamin E 400 IU sebagai menu kesehariannya.
Untuk terapi fisik, kakinya yang lumpuh terus ia latih untuk bergerak. Setiap harinya, seusai sholat subuh hinga menjelang pukul tujuh, ia melakukan sit up dengan kaki ditekuk di pembaringan. Hasilnya? "Sekarang saya sudah bisa menggerakkan kaki saya seperti ini," ujarnya sambil meluruskan kaki lantas mengangkatnya. Pepeng juga sudah mampu berdiri selama 60 hitungan atau kira-kira satu menit, sebanyak tujuh kali dalam sehari. Tidak hanya itu. "Pernah saya merasa emosi. Namun, penyakit saya nggak kambuh," katanya.
Semangat yang dimiliki Pepeng mungkin salah satu faktor yang mempengaruhi kesembuhannnya. Ia tetap optimis melewati hari-harinya. Tidak ada kesan sedih apalagi putus asa dari nada bicaranya. Senyum dan tawa menyertai tiap ucapannya. Berbicara dengannya, seolah berhadapan dengan orang sehat, jika tidak memperhatikan kursi roda yang digunakannya. Pepeng berusaha tetap aktif melakukan kegiatannya. Kini, ia sedang menyelesaikan tesis untuk merampungkan S2 psikologinya di Universitas Indonesia . "Saya selalu ingin sehat," katanya. "Jika tidak semangat, wah…bisa habis!"
Itu juga yang selalu ia katakan kepada mereka yang menderita penyakit yang sama. Pepeng kerap melakukan komunikasi bahkan dengan mereka yang berdomisili di kota lain, misalnya Solo. Ia rajin membuka internet untuk melahap informasi yang berguna untuk kesembuhannya. Tertarik membentuk perkumpulan multiple sclerosis? "Kalau di dunia kan sudah ada. Tapi kemarin ada seorang bapak yang istrinya menderita MS, kita ngobrol-ngobrol ada pembicaraan ke arah sana."
Bapak empat anak ini menyebut keluarga sebagai factor utama kesembuhannya. Menurutnya, jika seseorang menderita sakit, maka yang hebat adalah orang-orang yang mendampinginya. Pepeng memuji istrinya, Tami Ferrasta, yang katanya sanggup membagi alokasi waktu, dana, dan perasaan. "Istri saya adalah suster terbaik," katanya tergelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar