Gadis muda belia bernama Tyas itu terkena penyakit multiple sclerosis yang juga diderita Ferrasta Soebardi atau yang lebih dikenal dengan nama Mas Pepeng. Orang multi-talented yang mendengar tuturan Tyas ini malah tersenyum dan mengusap-usap kepalanya seperti anak sendiri. Bukan cuma itu, Mas Pepeng malah mengajaknya bercanda dan bulir-bulir air mata Tyas yang turun jadi terhapus dengan senyum dan tertawaannya.
Ketika terkena penyakit multiple sclerosis, penderitanya akan dihadapkan pada serangan sistem saraf pusat dan menimbulkan proses inflamasi (peradangan) pada tulang belakang. Hal ini mengganggu penyampaian ‘pesan’ yang dikirimkan otak ke bagian-bagian tubuh. Orang yang menderita multiple sclerosis akan mengalami kelumpuhan di beberapa bagian tubuh dan setiap saat mendapatkan rasa nyeri yang luar biasa dari pinggang hingga ujung kaki.
Mas Pepeng juga menanyakan kuliahnya Tyas, memberikannya semangat sembari diselingi candaannya yang khas. Ia juga mengatakan kuliah S2-nya sempat terbengkalai lama karena aktivitas, tapi semangat itu yang harus terus ada. Akhirnya, Mas Pepeng berhasil menamatkan S2 dari Universitas Indonesia untuk studi Psikologi Intervensi Sosial pada tanggal 4 Agustus 2006 dengan nilai sangat memuaskan (A).
Dari atas tempat tidur, Mas Pepeng banyak melakukan aktivitas yang rasa-rasanya akan membuat malu orang putus asa yang merasa hidupnya sudah hancur. Meski hanya dari tempat tidur, ia bisa mengarahkan massa, menggerakkan kegiatan positif seperti mengadakan seminar, membuat kegiatan dan aktivitas lain yang berguna. Mas Pepeng juga memberikan kuliah S2 pada mahasiswa yang datang ke rumahnya. Sambutan yang hangat dari Mbak Tami (Utami Mariam Siti Aisyah), istrinya, membuat rumah yang sering kedatangan tamu itu jadi penuh berkah dan semangat. Memotivasi orang dari atas tempat tidur dengan segala keceriaannya.
Sebelum Tyas datang, teman-teman Mas Pepeng dari Sersan Prambors datang menjenguk sekaligus becanda-gurau, beromantisme masa lalu. Sys NS, Krisna, Muklis dan Nana Krip saling bergurau dengan ledekan-ledekan khas mereka yang murni keluar dari kelompok tukang becanda dari masa muda. Guyonan khas anak muda yang tak pernah hilang, meski mereka-mereka kini tak bisa lagi dikatakan muda seperti dulu.
Tubuh boleh tua, semangat itu yang harus tetap muda.
Semangatnya yang tak pernah surut di tengah penyakit yang dideritanya. Saya datang ke sana karena tak sempat mengkarikatur Mas Pepeng. Seperti yang sudah dilakukan oleh teman-teman PAKARTI (Persatuan Kartunis Indonesia), membuat karya kartun dan karikatur tentang dirinya. Di saat teman-teman kartunis lain sudah berkarya dan melakukannya, saya malah belum. Bukan apa-apa, hanya sebuah bentuk dan perhatian yang kecil dari kawan terhadap kawan, dari teman-teman PAKARTI terhadap Mas Pepeng akan semangatnya, akan segala motivasinya.
Dalam pertemuan sore tadi (20/04/10) jam 16.30 sampai Maghrib menjelang Isya, di mana saya pun numpang shalat di sana, banyak yang saya dapatkan dari seorang Mas Pepeng. Saya pun juga menagih janji Mas Agung Kartika, kawan lama Mas Pepeng saat di LHI (Lembaga Humor Indonesia) untuk sama-sama mengkarikaturnya meski nggak berbarengan dengan temen-temen PAKARTI lain. Mungkin beberapa minggu ke depan saya dan teman-teman akan ke sana lagi,Komplek Bumi Pusaka Cinere, Depok. Inipun bisa jadi Mas Pepeng tak tahu niatan awal kedatangan kami, alih-alih hanya mengantar Mas Agung ketemu temen lamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar