Selasa, 01 Mei 2012

Kisah Hidup Pepeng selama di entertaint dan dunia politik

Kariernya bermula di masa
kuliah. Dia menang Lomba Lawak Mahasiswa pada 1978.
''Waktu itu saya juara pertama. Juara keduanya Krisna dan
ketiga Nana Krip,'' ujar Pepeng yang mengikuti lomba itu
dengan harapan menang dan hadiahnya untuk tambahan biaya
kuliah.

Lomba itu ternyata menyeret Pepeng ke dunia hiburan lebih
jauh. Dia bersama Krisna dan Nana Krip lalu membentuk grup
lawak bernama Bahana Joke. Selanjutnya sempat pula
mendirikan grup musik humor, Gmselo, singkatan dari Gerak
Musik Seloroh. Adalah Sys NS yang pada 1986 membawa
Pepeng, Krisna, dan Nana Krip bergabung dalam Sersan
Prambors. Sukses di kancah musik humor, dunia film
kemudian dirambah Pepeng. Film yang dibintanginya antara
lain Rojali dan Juleha (1979), Sama-Sama Enak (1986), dan
Anunya Kamu (1986).

Pada 1987 Sersan Prambors bubar. Nama Pepeng pun
menghilang dari blantika hiburan. Pepeng memilih berkarier
sebagai orang kantoran. Dia jadi pegawai Bank Pinaesaan
(1988) lalu pindah ke Bakrie Brothers (1989).

Pada 1992, nama Pepeng kembali mencuat dan langsung bikin
heboh. Dia muncul dengan gayanya yang ekstrem dalam
membawakan sebuah acara kuis. Padahal waktu itu seorang
pembawa acara kuis selalu tampil dengan elegan. Kuis itu
dikenal dengan nama Telekuis Jari-Jari, sebuah program
acara interaktif melalui telepon selama tiga menit di
layar kaca RCTI.

Kini nama Pepeng kembali diperhitungkan, bukan di panggung
kesenian melainkan justru di panggung politik. Pepeng
terdaftar sebagai calon legislatif dari Partai Keadilan
Sejahtera (PKS). Ia berada di urutan jadi, nomor satu,
untuk daerah pemilihan Madura, Jawa Timur.

Di sela-sela kesibukan menjadi panitia sebuah acara di SMP
Islam Al Ihzar, Pondok Labu, Jakarta Selatan, tempat salah
seorang anaknya menimba ilmu, Jumat (16/1), Ferrasta
'Pepeng' Soebardi menerima wartawan Republika, Rusdy
Nurdiansyah dan fotografer Teguh Indra. Duduk santai di
bawah pohon yang rindang, Pepeng menjawab semua pertanyaan
dengan suara sengaunya yang khas. Kebiasaannya tertawa
terbaha-bahak berulang kali menyegarkan suasana wawancara.
Berikut cuplikannya.:

Sejak kapan Anda terjun ke politik?
Saya itu dari dulu memang dari keluarga aktivis politik,
jadi dari SMP saya sudah menjadi orang yang mempunyai
wawasan berpolitik. Berpolitik praktis sejak menjadi
aktivis mahasiswa, tapi tidak ikut partai.

Katanya Anda caleg PKS?
Betul.

Kenapa Anda memilih PKS untuk kendaraan politik?
Dari awal, bahkan sejak Partai Keadilan (PK) berdiri tahun
1998. Sebelumnya saya sudah aktif dipengajian-pengajian di
organisasi dakwah mereka. Sejarah PKS ini kan sebenarnya
partai dakwah. Jadi perhitungannya tempo hari kalau kita
mau berdakwah tapi tidak masuk dalam arena jihad kita,
yang secara demokratis kan ada di DPR. Jadi buat kita
supaya dakwah kita didengar.

Apakah karena PKS partai Islam?
Ya, itu salah satunya. Sebenarnya banyak partai Islam yang
lain, tapi PKS memiliki konsep kesederhanaan dan
kejujuran, itu yang menjadi kesepakatan saya dan cocok
dengan apa yang menjadi filosofi politik dan cara berpikir
Islamnya. Islam itu kan benar-benar amat sangat sederhana.
Allah tujuanku dan menjalankan amar ma'ruf nahi mungkar.
Selesai! Nah, lalu perinciannya itu yang harus konsisten
dan benar-benar istiqomah.

Jadi caleg PKS katanya susah, karena harus khatam Alquran
dan pengetahuan agama Islamnya harus bagus?
Boro-boro khatam, belajar ngaji saja baru. Saya tidak
pandai dalam masalah agama. Itu harus saya akui secara
jujur. Tapi saya akan terus belajar.

Bagaimana pemahaman agama Islam Anda?
Satu kata istikamah, belajar terus.

Sejauh mana pengetahuan agama Islam yang ditanamkan
orangtua Anda?
Saya dari lahir kan Islam, tapi Islam secara betul masuk
ke diri saya itu waktu saya di kemahasiswaan. Saya waktu
itu terus-terusan mencari Islam yang benar. Doa saya
setiap hari yang selalu saya praktekan yaitu; Ya Allah
hari ini ilmumu yang saya tahu ini yang terbaik.
Seandainya ada yang lebih baik pertemukan saya dengan
orang yang akan membimbing saya. Doa saya setiap hari
terus begitu.

Kenapa Anda tidak dari dulu jadi caleg?
Sebenarnya sudah sejak 1999 saya ditawari jadi caleg, tapi
waktu itu saya tidak siap. Tapi kali ini ustad-ustad saya
membimbing saya untuk maju jadi caleg. Sampai detik
terakhir menyerahkan formulir, saya sujud, ya Allah kenapa
harus saya. Apa benar kemampuan saya bisa mewakili umat.
Kalau cuma disuruh 'ngarang omongan', gue jagonya. Gue
orang panggung. Tapi kalau berdasarkan Alquran dan hadis
perlu usaha panjang. Karena terus diberi bimbingan untuk
terus maju jadi caleg oleh ustad-ustad saya di PKS,
akhirnya, saya katakan siap!

Kalau berpolitik praktis di PKS tidak ada pergulatan
batin, saya mantap. Croot! Langsung saja masuk. Cuma bahwa
saya jadi caleg itu kan perlu bimbingan dan nasihat dengan
ustad-ustad saya di PKS. Saya senang dengan
nasihat-nasihat yang diberikan. Saya tunjukkan ke istri
dan ibu saya. Saya bilang kalau di PKS nasihat-nasihat
yang diberikan tidak ada dari karangan mereka, semua
diambil dari Alquran dan hadis.

Parpol kan biasanya menggunakan public figure hanya untuk
vote getter. Bagaimana pandangan Anda?
Saya kira wajar saja. Ada beberapa aspek yang saya
kemukakan. Apa sih bedanya artis dengan pengusaha?
Biasanya kan artis dipandang hidupnya cenderung dengan
kehidupan yang glamour, lalu apakah itu dijadikan tolak
ukur bahwa artis itu bodoh dan tidak mampu terjun ke
politik. Belum tentu. Pertanyaan saya apakah bapak-bapak
yang ada di DPR sekarang hidupnya tidak ada yang glamour
dan apakah mereka pintar semua. Jawabnya belum tentu.

Bagaimana hubungan Anda dengan konstituen?
Saya orang Madura. Sepanjang hidup saya bergaul dengan
mereka. Alhamdulillah saat saya ke Madura, saya selalu
berbicara dengan mereka mengenai perkembangan dan
pembangunan di Madura. Saya selalu berhubungan secara
silaturahim dengan masyarakat Madura.

Apa sumbangan Anda ke PKS?
Ya kemampuan saya terutama dibidang reset, karena partai
itu perlu data yang akurat.

Apa agenda politik Anda jika terpilih?
Banyak hal, mungkin yang harus kita perjuangkan adanya
presiden transisi. Saya kagum dengan mantan Presiden
Habibie yang berani mengakui bahwa dia adalah presiden
transisi. Selain itu adalah pemberantasan korupsi sampai
ke akar-akarnya. Untuk hal ini memang telah menjadi visi
besar PKS yaitu amar ma'ruf nahi mungkar. Ssalah satunya
kan mungkar, kalau ada yang bukan punyanya diembat juga..
ha.. ha.. ha...

Ada pandangan khusus tentang perkembangan perpolitikan di
Indonesia saat ini?
Pakai istilah panggung saja deh. Perpolitikan di Indonesia
ini edan! Edan seedan-edannya sampai kadang-kadang
kebablasan. Tapi tidak usahlah kita mencari yang negatif,
sebab kalau dari segi positifnya amat sangat banyak. Kita
memiliki kebebasan-kebebasan dalam mengekspresikan diri.
Tapi berekspresi tidak seperti orang yang cuma caci maki,
berekspresi dengan cara yang benar-benar manis sekali.

Bagaimana pendapat Anda mengenai Pemilu 2004?
Kita harus jalani sebagai warga negara yang
bertanggungjawab terhadap bangsa dan negara, kalau mau
golput sayang amat sih haknya kok tidak diambil.

Soal isu politisi busuk, ada komentar?
Sedehana aja, apakah kita tidak pengin negara kita maju.
Caranya, hilangkan hal-hal yang menghalalkan segala cara
demi kepentingan dirinya dan kelompok.

Sejak beralih ke dunia kerja formal di belakang meja,
Pepeng seolah lenyap dari panggung hiburan. Tapi begitu
muncul kembali, membawakan kuis di layar kaca, dia tampil
dengan konsep baru. Apa acuannya?
''Pernyataan Jim Carey menjadi acuan saya untuk terus
berkiprah di dunia entertain. Menurut Jim, era tahun 1990
jika ingin sukses Anda harus ekstrem. Jadi ekstrem dalam
pengertian kalau saya ikut arus pada saat itu, saya tidak
akan mampu bersaing,'' ungkap Pepeng yang akhirnya
mengundurkan diri dari Bakrie Brathers pada 1997. Sempat
pula menjadi presenter variety show di layar kaca, Pepeng
hingga kini masih sering tampil ditelevisi dengan
spesialisasi pembawa kuis.

Lalu bagaimana kegiatan Anda sebagai orang panggung
kesenian, jika Anda terpilih nanti?
Saya diskusikan juga dengan teman-teman di PKS, bagaimana
apa ente nggak salah pilih milih ane jadi caleg nanti.
Misalnya ada banyak hal nanti jadi overlapping. Jawab
teman-teman, silakan ke hati nurani ente saja. Itukan yang
paling berat. Kalau dibilang ya silakan masuk tapi lepas
kegiatan kesenian, kan enak.

Jadi akan tetap berkarir di dunia kesenian?
Saya tetap akan kerjakan karena itu profesi saya. Satu hal
yang saya ingin tekankan, bahwa sebagai anggota legislatif
kan bukan profesi. Ini amanah. Nah kalau nantinya amanah
ini memerlukan waktu yang banyak, saya akan perhitungkan
untuk berhenti dahulu di dunia kekesenian.

Adakah kendala artis yang terjun ke politik?
Ya soal pembagian waktu saja.

Orangtua Anda juga politisi?
Bapak dan ibu saya dulunya aktivis.

Bagaimana cara orangtua Anda mendidik Anda waktu kecil?
Bapak saya meninggal saat saya umur 8 tahun. Ibu saya
waktu itu berumur 29 tahun. Setelah itu kami hijrah dari
Madura ke Jakarta tidak ada modal sama sekali dalam
pengertian yang sebenarnaya. Dan, Alhamdulillah ada
saudara-saudara yang menampung kami. Ibu saya sampai di
Jakarta kuliah lagi.

Ibu saya akhirnya mendapat pekerjaan dan dari penghasilan
mengajar dapat mengontrak sebuah rumah di Rawamangun,
Jakarta Timur. Kami semua sekeluarga lima bersaudara, saya
anak nomor dua semuanya dekat dengan ibu, karena ibu saya
dapat menghidupkan figur bapak. Caranya, jika ibu saya
ingin melarang sesuatu, dia memeringatkan dengan berkata;
dulu bapak kamu mengajarkan seperti ini, seandainya bapak
kamu ada dia tidak suka tingkah kamu seperti ini. Pesan
bapak kamu yang paling penting kamu harus berguna untuk
masyarakat. Pesan bapak kamu yang paling penting berdiri
kalau ada ketidakadilan, kalau perlu kita berkelahi untuk
meneggakan keadilan.

Ibu sangat berperan dalam kehidupan anak-anaknya termasuk
saya. Bahkan hingga saya sudah berumahtangga kehadiran ibu
bagi saya masih diperlukan. Pada dasarnya semua anak dekat
dengan ibunya. Kedekatan ibu saya dengan anak-anaknya
terlihat lantaran saat itu berprofesi sebagai guru. Selain
itu ibu saya juga harus menjalani usaha sampingan menjual
soto di kawasan Blok A, Jakarta, guna membiayai
anak-anaknya agar tetap dapat bersekolah. Setelah saya
tumbuh menjadi lelaki yang dewasa, saya disekolahkan SMP
di Surabaya dan dititipkan ke teman bapak saya. Setelah
saya digodok oleh teman-teman bapak saya untuk menjadi
orang-orang pergerakan dan dianggap sudah matang saya
kembali ke Jakarta dan meneruskan sekolah SMA di Jakarta.

Sampai sekarang pun, setelah saya memiliki empat anak, ibu
masih dekat dengan saya dan tentunya dekat dengan
cucu-cucunya. Bahkan beliau sering diminta jadi Mak
Lampir, rambutnya diacak-acak dan beliau mau saja.

Apa cita-cita Anda waktu kecil?
Cita-cita saya waktu kecil ingin menjadi anggota Angkatan
Laut. Karena senang melihat pakaiannya, putih dan bersih.

Pernah bercita-cita jadi Presiden?
Tidaklah. Saya tahu dirilah.

Lucu kali ya kalau Anda jadi presiden?
Ha... ha... ha....

Bagaimana Anda mendidik anak-anak Anda?
Dalam kebingungan saya dalam mendidik anak, saya iktikaf
di masjid tiga hari, sampai Alhamdulillah saya menjalankan
shalat berjamaah di rumah, mulai dari subuh sampai isya.
Itukan juga perjuangan. Perjuangan apa, perjuangan
membangunkan anak saya di pagi hari. Setelah semua itu
saya mencontohkan semua tingkah laku saya, begitu juga
mengerjakan shalat. Saya yakin, menjalankan shalat
otomatis mengajarkan anak-anak saya untuk disiplin,
terutama waktu. Jadi tidaklah mungkin anak itu shalat
kalau bapaknya tidak shalat. Seperti yang saya katakan
bahwa saya tidak pandai dalam masalah agama makanya
keempat anak saya, saya sekolahkan ke sekolah Islam,
sehingga saya dapat dengan mudah mendidik mereka karena
ada kesamaan visi.

Yang jelas pendidikan untuk anak nomor satunya yaitu
menanamkan pendidikan agama. Akidah akan menjadi sumber
segalanya untuk kehidupan nanti. Kalau seandainya
basic-nya sudah tidak benar, nanti mengambil ilmunya jadi
bisa salah.

Memang memiliki empat anak laki-laki yang beranjak remaja
itu bagaikan naik jet-coaster. Tegang-tegang nikmat,
barangkali. Siapa bilang punya anak laki-laki itu lebih
mudah ngaturnya ketimbang anak perempuan. Sekarang ini,
keduanya sama saja susahnya!

Saya menginginkan anak-anak saya itu sudah punya keinginan
dalam hidupnya. Walau kadang-kadang keinginan itu
berlebihan, biarlah. Mereka harus paham tujuan hidupnya
sehingga hidupnya itu jadi terarah.

Bagaimana nuansa komunikasi di dalam kehidupan keluarga
Anda?
Saya menciptakan nuansa demokrasi. Bahkan dalam memilih
liburan kami sepakat hak ada pada anak-anak saya. Hak
preogratif saya kalau itu hubungannya dengan keluarga, ada
orang meninggal, ada pesta perkawinan, dan ada sesuatu
yang memang harus dihadiri keluarga. Saya selalu membangun
komunikasi yang terbuka dan jujur dalam keluargaa sebagai
salah satu cara untuk meneropong kegiatan sehari-hari
keempat jagoan saya. Saya juga selalu berdiskusi dengan
anak-anak, masalah apa saja juga masalah-masalah politik.
Saya juga menanamkan pada diri anak saya filosofi
kesederhanaan dan kejujuran.

Ketika Pepeng memutuskan untuk menjadi komedian, semprotan
dari keluarga langsung diterima. Ayah mertuanya menganggap
pekerjaan melawak kurang sesuai dengan gelar kesarjanaan
yang disandangnya. ''Peng, coba kamu cari kerja yang layak
'lah,'' begitu kata Pepeng menirukan perkataan mertuanya.

Ternyata, masih kata Pepeng, dahulu melawak bukan
perkerjaan layak. Yang layak adalah mereka yang bekerja di
kantor dengan dasi di bajunya. ''Tapi sekarang lihat
sendiri, banyak orangtua yang menginginkan anak gadisnya
berjodoh dengan pelawak,'' seloroh bapak dari empat anak
yang semuanya laki-laki --Ferre Mohammad (Mamas), Gemirio
Mohammad (Mio), Harlow Mohammad (Lalo), dan Izra Mohammad
(Izra)-- ini.

''Coba kalau dulu Pepeng patuh pada ayah-mertuanya, maka
sekarang tidak akan ada Kuis Jari-Jari... ha.. ha..
ha..,'' tawa suami dari Utami Mariam Siti Aisyah ini
terbahak.

Kenapa Anda memilih jalur musik humor dan akhirnya menjadi
seorang standing comedian?
Kenapa saya pilih konsep berkesenian saya musik dan humor
karena konsep yang paling mudah dicerna orang adalah
humor. Berhumor dianggap mewakili 'orang-orang sinting',
tapi menurut saya sebenarnya humor adalah kumpulan
orang-orang cerdas karena tidak gampang membikin orang
ketawa. Karena apa, satu hal kalau humoris itu sekali
makan jadi kotoran, kalau musik kan semakin didengerin
semakin nyaman. Coba kalau ngelawak satu tema kalau
didengerin lagi pasti basi. Jadi kalau ngelawak itu harus
selalu inovasi.

Bagimana menyikapi profesi Anda sebagai pelawak?
Saya tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang yang
terjun di bidang seni khusunya pelawak. Awalnya saya
mencari uang untuk biaya kuliah. Tapi, walaupun saya tidak
pernah bermimpi kini ternyata telah menjadi sebuah pilihan
profesi untuk hidup saya. Sebenarnya dibandingkan dahulu,
pekerjaan sebagai komedian, kini sudah dianggap sebuah
usaha bergengsi yang bisa dibanggakan.

Seorang pelawak itu dituntut mempunyai kreativitas tinggi.
Dia setiap waktu harus mampu menggali materi lawakan baru
agar bisa membuat orang tertawa. Coba bayangkan, kalau
lawakan kita dari waktu ke waktu tidak berubah. Jadinya
basi. Penikmat lawak di Indonesia pengetahuannya juga
belum merata. Hal ini pernah dialami ketika saya melawak
dalam sebuah acara. Yang tertawa hanya sebagian penonton,
sedangkan yang sebagian lagi bengong saja. Secara umum,
materi lawakan yang bisa membuat orang tertawa adalah
lawakan mengenai politik dan pornografi. Pasti semua orang
tertawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar