Bahkan
ia berencana untuk melanjutkan pendidikannya untuk meraih gelar S3.
“Mudah-mudahan saya mampu meraih S3,” ungkap Pepeng sembari berharap.
Semangat dari dalam diri sendirilah yang membuatnya mampu meraih
prestasi yang cukup mengagumkan.
Di
bulan Ramadhan ini, Pepeng merasakan adanya perbedaan dibandingkan
ketika dua tahun lalu, pada saat ia masih sehat. “Banyak sekali
perbedaannya menjalani bulan Ramadhan ketika sakit,” tutur Pepeng. Bila
ketika masih sehat, Pepeng sangatlah aktif melakukan berbagai macam
kegiatan di bidang entertainment,
maka kini ia hanya mampu tergolek di atas ranjang. Meski begitu, Pepeng
masih bisa melakukan kegiatan walaupun hanya di atas tempat tidur.
“Saya memanfaatkan waktu dengan membaca buku dan browsing
internet,” tutur Pepeng. Dengan begitu, Pepeng mengaku selama sakit, ia
tak pernah ketinggalan informasi dan berita terbaru dari negeri
seberang sekalipun. “Saya sering chating juga dengan teman saya yang berada di luar negeri,” ujar Pepeng.
Mungkin
bagi sebagian orang, penyakit yang datang dianggap sebagai cobaan. Tapi
tidak bagi Pepeng. Baginya, penyakit MS yang termasuk langka di dunia
ini bukanlah cobaan dalam hidupnya. Melainkan sebuah bentuk kasih sayang
Allah kepada dirinya. Ia menganggap bahwa melalui penyakit ini, ia
mampu melakukan segala sesuatu pekerjaan yang belum tentu dapat
dilakukan ketika dirinya masih sehat. Salah satu contohnya adalah pada
saat meraih gelar S2 Psikologi Sosial di Universitas Indonesia (UI).
“Mungkin kalau saya masih sehat, saya belum tentu menyelesaikan S2
saya,” ungkap Pepeng. Tak hanya itu saja, Pepeng juga mengakui lebih
menghargai arti hidup ketimbang ketika masih sehat waktu dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar